Pages

Senin, 08 Agustus 2011

Cerpen

Terima kasih Tuhan T’lah Tunjukkan Siapa Dia

Suara keras dari alarm sontak membuat Ana terbangun dari tidurnya yang lelap. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Dengan mata yang sedikit terbuka dan jiwa yang masih melayang-layang, Ana pun beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi mandi. Setelah selesai mandi, ia langsung bersiap untuk pergi ke sekolah. Seperti biasa, hanya ada segelas susu hangat di meja belajarnya. Ana memang tidak terbiasa untuk sarapan di rumahnya karena kalau ia sarapan maka ia akan terlambat masuk sekolah. Maklumlah anak kost. Ia berangkat ke sekolah dengan naik angkot dan hanya menghabiskan waktu 10 menit karena rumah kost Ana tidak terlalu jauh dari sekolah yang terletak di Way Halim Permai.
Bel istirahat pertama pun berbunyi, ini adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para murid tak terkecuali Ana. Mata Ana langsung tertuju pada nasi uduk “Bude”. Ana memang sangat suka dengan nasi uduk itu terutama sambalnya. Tidak hanya dia, teman-teman yang lain juga sangat suka dengan nasi uduk “Bude”. Aku, Natali dan Epi selalu setia menemani Ana yang sedang makan dan sering kali kami meminta kerupuk yang ada di nasi uduk Ana.
Sambil menunggu istirahat pertama selesai, Ana pun bercerita tentang cowok yang ia lihat dua hari yang lalu. Ia mengatakan kepada kami kalau cowok itu tampan sekali. Badannya tinggi, berkulit sawo matang, bermata sayu dan ramah. Nguiiing . . . . . Itu adalah pertanda kalau istirahat pertama telah usai. “ Yah, istirahat pertama udah selesai, tapi aku  masih ingin tahu bagaimana kelanjutan cerita mu na”,pintaku kepada Ana. “Nanti pada waktu pulang sekolah akan aku lanjutkan lagi ya ceritanya”, jawab Ana. “Ciyee Ana,,sudah mulai jatuh cinta nih”, ledek Epi dan Natali. Muka Ana tampak memerah setelah mendengar kata-kata dari Epi dan Natali.
Tak terasa waktu kami di sekolah sudah habis dan saatnya untuk pulang. Seperti biasa, aku dan Ana pulang dengan jalan kaki. Ana jalan kaki sampai rumah kostnya yang ada di sebelah SMAN 5 sedangkan aku jalan sampai di perempatan jalur 2 baypas untuk menunggu bus. 
Sambil berjalan Ana pun kembali melanjutkan ceritanya. Ia mengatakan bahwa cowok itu bernama Ilham. Ilham adalah teman dari Rio, anak dari pemilik rumah kost. Ketika itu Ana sedang bersantai di depan kamarnya bersama Ria, adik dari Rio. Ternyata Rio mengajak temannya, Ilham untuk main ke rumahnya. Dan tanpa sengaja Ana pun melihat Ilham. Pandangan mata Ana sama sekali tidak berpindah dari Ilham. Ria pun heran melihat tingkah laku Ana yang terdiam sejenak sambil memandangi Ilham dengan penuh rasa kagum. 

Karena melihat tingkah Ana yang seperti itu akhirnya Ria berinisiatif  menyuruh kakaknya untuk memanggilkan Ilham. Ilham pun datang menghampiri Ana dan Ria. “ Ada apa?”, tanya Ilham kepada Ria. “Ini Ham, ada seseorang yang ngeliatin kamu dari tadi”, kata Ria sambil memandang Ana dengan sedikit tertawa. Ana sangat malu ketika itu, ia tidak tahu lagi harus berkata apa. “Oh,kirain ada apaan. Kamu baru ya di sini?”, tanya Ilham kepada Ana. “I...iya”, jawab Ana dengan rasa grogi. “Perkenalkan, aku Ilham. Kamu?”, Ilham mengajak Ana berkenalan. “Namaku Ana”, jawab Ana dengan rasa grogi yang semakin menyelimutinya. Setelah berkenalan, Ilham dan Ana saling bertukar nomor handphone. Dan perkenalan mereka berlanjut sampai hari ini. Ana juga mengatakan kalau Ilham sangat perhatian kepadanya. Ilham sering menanyakan keadaan Ana lewat pesan singkat.
Aku sebagai temannya ikut senang melihat Ana bahagia. Aku hanya memberikan saran kepadanya untuk tetap berhati-hati terhadap orang yang baru dikenal. Sayangnya pembicaraan kami terpotong karena kami harus berpisah. “Sudah dulu ya Na, besok kita lanjutkan lagi. Da....”,kataku kepada Ana sambil melambaikan tangan. “Oke, hati-hati ya. Da...”, balas Ana.
Keesokan harinya wajah Ana kembali berseri-seri. “Ciye,, ada yang lagi jatuh cinta nih”, ledekku. “Iya nih Made,,aku gak bisa berhenti mikirin dia. Ketika aku makan, di piring terlihat wajahnya. Ketika aku mandi, di bak mandi terlihat wajahnya yang tampan. Dan ketika aku tidur, aku pun memimpikannya” , jawab Ana sambil tersipu malu. “Memangnya seperti apa sih Ilham itu? Aku lihat kamu sangat menyukainya”, tanyaku dengan rasa penasaran. “Kalau kamu menjadi aku, pasti kamu juga akan menyukainya. Bagaimana kalau nanti setelah pulang sekolah kamu main ke kost-an aku”, kata Ana. “Baiklah. Aku penasaran ingin melihat orang yang sudah membuat temanku ini jauh cinta”, jawabku sambil tersenyum pada Ana.
Setelah pulang sekolah aku main ke kost-an Ana. Aku melihat ada seorang cowok dengan ciri-ciri sama seperti yang pernah  Ana ceritakan kepadaku kemarin. “Apakah dia orang yang selama ini kamu ceritakan padaku?”, tanyaku kepada Ana. “Iya. Dialah orang yang selama ini membuat jantungku berdebar setiap aku melihatnya”, jawab Ana tersipu malu. Setelah aku memperhatikan gerak-gerik dari Ilham, aku sedikit merasa khawatir karena kelihatannya Ilham bukanlah cowok baik-baik. “Na, bukannya aku tidak suka melihatmu dekat dengan Ilham tetapi kelihatannya Ilham itu bukan cowok yang tepat untukmu”, aku mengingatkan Ana. “Kenapa kamu bicara seperti itu? Dari mana kamu tahu kalau dia bukan cowok yang tepat untukku?”, jawab Ana dengan nada sedikit tinggi. “Aku juga belum tahu pasti, tetapi aku merasa ada sesuatu yang aneh dari dia. Sepertinya Ilham itu orang yang suka mempermainkan perempuan. Sebaiknya kamu lebih berjaga-jaga terhadap dia”, kataku sambil mencoba untuk meyakinkan Ana. “Sudahlah Made kamu nggak perlu khawatir, aku yakin kalau Ilham itu cowok yang baik”, kata Ana sambil menepuk punggungku. “Baiklah kalau kamu tetap yakin dengan Ilham. Tapi kamu harus tetap berhati-hati ya”, kataku. “Iya, terima kasih ya Made”, balas Ana. “Baiklah,  sepertinya hari sudah mulai sore, aku pulang dulu ya”, aku berpamitan kepada Ana. “Iya, hati-hati ya”, balas Ana.
Seminggu pun berlalu. Keceriaan selalu tampak di raut wajah Ana. Aku ikut merasa senang melihatnya seperti ini. “Mudah-mudahan saja kecurigaanku kepada Ilham salah. Semoga Ilham bisa membahagiakan Ana”, kataku dalam hati. 
Pada suatu hari Ana mendapatkan kabar dari Ria kalau Ilham ternyata telah menghamili seorang gadis bernama Lidya. Bukan hanya itu, kabarnya Ilham mempunyai pacar yang lebih dari satu. Mendengar kabar itu Ana sempat tak percaya. Dan tiba-tiba perempuan yang bernama Lidya itu datang ke rumah Rio untuk meminta tolong pada Rio supaya membujuk Ilham untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ana akhirnya percaya pada Ria. Ia sangat sedih setelah tahu kalau Ilham itu sebenarnya orang yang bajingan. Ana merasa sangat menyesal karena sempat mengagumi orang seperti dia.
Keesokan harinya Ana masuk sekolah dengan mata yang sedikit sembab. “Kamu kenapa Na? Apa ada masalah?”, tanyaku. Ana langsung memelukku sambil menangis di pelukanku. “Ada apa sebenarnya Ana, kenapa kamu menangis?”, tanyaku dengan rasa sangat penasaran. “Made, ternyata kamu benar. Ilham memang bukan cowok baik-baik”, kata Ana. “Memangnya dia sudah berbuat apa sama kamu, sampai kamu menangis begini?”, tanyaku. “Dia telah menghamili seorang gadis dan dia juga ternyata seorang playboy yang sering mempermainkan wanita. Aku sangat menyesal telah mengenalnya”, jawab Ana. “Yasudah, kamu tenang ya. Kamu nggak perlu membuang air mata kamu hanya untuk cowok brengsek kayak dia. Yang penting sekarang kamu harus cepet-cepet ngelupain dia. Kamu justru seharusnya besyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah menunjukkan siapa Ilham sebenarnya”, aku mencoba untuk menenangkan Ana. “Iya. Kamu benar Made. Untuk apa aku menangisi orang seperti dia. Pokoknya aku harus melupakan dia. Terima kasih Tuhan Engkau telah menyelamatkanku dari orang yang jahat”, kata Ana. 
Akhirnya setelah beberapa hari, Ana sudah kembali ceria seperti dulu lagi. Ia sudah bisa melupakan Ilham. Kejadian yang dialami Ana telah memberikan pelajaran untukku supaya jangan terlalu mudah percaya terhadap orang yang baru dikenal.

0 komentar:

Posting Komentar