Remaja Juga Bisa Kena Osteoporosis
Gangguan tulang kini tidak hanya menyerang wanita yang berusia di atas 30 tahun saja. Remaja pun rentan terserang gangguan tulang, seperti osteoporosis atau tulang keropos, dan athritis atau gangguan pada sendi. Penyebab gangguan tulang ini karena gaya hidup yang kurang sehat.
Dokter spesialis ortopedi RSUD dr Soetomo, Dr Dwikora Novemberi Utomo menyatakan sebenarnya penyakit osteoporosis bisa menyerang semua orang, baik lagi-laki maupun perempuan. Biasanya osteoporosis menyerang saat seseorang sudah berusia di atas 30 tahun. Tapi dalam kasus tertentu, penyakit ini pun bisa menyerang remaja pada usia produktif. “Tapi penyebab osteoporosis yang menyerang manula (manusia lanut usia) dan remaja berbeda,” kata Dwikora.
Dijelaskannya osteoporis yang menyerang manula karena massa tulang yang sudah tua. Sedangkan osteoporosis yang menyerang remaja disebabkan berbagai faktor. Misalnya kelainan hormonal yang biasanya disebabkan diabetes melitus. Asupan gizi yang kurang, gangguan penyerapan nutrisi, dan penggunaan alkohol juga memicu terjadinya osteoporosis. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan tulang keropos. “Intinya hidup yang kurang sehat bisa menyebabkan osteoporosis,” tambahnya.
Sebagaimana penyakit lainnya, osteoporosis kurang disadari penderitanya. Tidak mengherankan banyak penderita baru menyadari setelah mengalami cacat, sakit akut, atau kualitas hidup berkurang. Tulang keropos yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan tulangnya rapuh dan mudah mengalami patah tulang.
Menurut Dwikora, tidak semua jenis osteoporosis bisa diobati dengan minum susu berkalsium tinggi yang bisa ditemukan di pasaran. “Pencegahan atau pengobatan harus disesuaikan dengan penyebab dari osteoporosisnya. Harus diidentifikasi dulu apakah osteoporosis yang dialami itu karena kelainan hormonal, kelainan kolagen, masalah nutrisi atau penggunaan obat-obatan,” tandasnya.
Berbeda dengan osteoporosis yang biasa menyerang kaum manula. Gangguan tulang lain, arthritis atau penyakit sendi biasa dialami remaja. Selama ini penderita sering mengabaikan penyakit ini dan menganggapnya sebagai penyakit remeh. Padahal pada kondisi tertentu arthritis bisa menyebabkan kematian.
Diakui, dari kasus arthritis yang ada, hanya sekitar 0,4% sampai 2% saja yang berakibat kematian. “Ada tiga tipe gangguan sendi pada remaja, yaitu pauciarticular atau oligoarticular, polyarticular dan systemic. Pada tipe-tipe tertentu, penyakit ini bisa menyebabkan kematian,” terang Dwikora sambil menyebutkan risiko kematian pada tipe sistemik lebih besar dibanding poliartikular.
Pada osteoporosis tipe pauciarticular, dapat mengganggu cara berjalan dan gangguan pertumbuhan jangka panjang. Bahkan sekitar 15% sampai 20% kasus bisa menyebabkan kebutaan karena gangguan pada sistem mata. Selain itu antara 40% sampai 50% kasus yang dialami penderita bisa berlanjut sampai dewasa dan kerusakan sendi menahun. Sedangkan antara 50% sampai 70% arthritis tipe poliartikular dan sistemik berlanjut hingga dewasa. Sebagaian harus menjalani operasi pergantian karena kerusakan pada sendinya. “Ketiga tipe ini berbeda dalam hal jumlah sendi yang terkena dan organ di luar sendi yang terserang dan perawatannya. Yang paling ringan adalah pauciarticular, kecuali bila sudah menganggu penglihatan. Sedangkan tipe sistemik adalah yang terberat,” tandasnya.
Sumber: Majalah Intisari
0 komentar:
Posting Komentar